Blacan-ae tipuh, munggi-nae BLEKKK!
Nang kono keretapi berlanggaran, munggi-nae *ting
Berderai tawa kami ketika arwah Didi menyebut "perumpamaan" tersebut.
Walaupun pastinya kurang tepat sebutan dan lahjah dari segi Jawa Malaysia baku, sudah cukup real bagi kami lagi menggelikan hati.
Maksudnya lebih kurang, apabila belacan jatuh di depan kita bagaikan kuat benar bunyinya, manakala bunyi keretapi yang berlanggar nun jauh di sana berbunyi sayup hampir tak kedengaran.
Perumpamaan tersebut menggambarkan bagaimana masalah yang kita hadapi tampak begitu besar pada pandangan kita.
Sedangkan orang lain mungkin sedang menghadapi dugaan dan cabaran yang jauh lebih besar dan mungkin memerlukan sokongan / bantuan kita tetapi tidak kita hiraukan.
Terimbau kembali zaman silam, 20 lebih tahun yang lepas- mengenangkan betapa selfish-nya aku ketika itu.
Sedih.